A.
DEFINITIONS
OF MOTIVATION
Motivasi
adalah suatu keadaan internal atau kondisi yang mengaktifkan dan memberikan
arahan kepada pikiran, perasaan, dan tindakan.
B.
PRIMARY
MOTIVES: BIOLOGICAL NEEDS
Motivasi primer sebagai kebutuhan biologis adalah
hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia untuk tetap dapat bertahan hidup, yang
mencakup: makanan, minuman, kehangatan, tidur, menghindari rasa nyeri, dan
banyak lagi. Ini dianggap sebagai motivasi primer adalah karena kita pasti
menemukan hal-hal tersebut dan akan memenuhinya untuk bertahan hidup atau jika
tidak maka kita akan mati. Bagian ini fokus kepada motif biologis yaitu lapar
dan haus, sebagian karena mereka memahami hal ini dengan baik sebagai motif
utama.
1.
Homeostatis:
Biological Thermostats
Kebanyakan dari motif utama di dasarkan kepada
kebutuhan tubuh untuk memelihara tingkatan tertentu dalam elemen kehidupan
utama, seperti: kadar gula dalam darah untuk memelihara sel-sel tubuh, kadar
air di dalam tubuh, dan sebagainya. Hal-hal penting tersebut diatur oleh homeostatis mekanisme. Mekanisme
tersebutlah yang akan merasakan ada atau tidaknya ketidakseimbangan di dalam
tubuh dan akan menstimulasi perilaku yang mengembalikan keseimbangan di dalam
tubuh. Respon tubuh terhadap ketidakseimbangan mencakup rekasiinternal dan
perilaku terbuka
2.
Hunger:
The Regulation of Food Intake
Yang mengatur rasa lapar secara biologis bukanlah
perut yang keroncongan. Perut yang keroncongan hanya berperan sedikit pada
pengontrol rasa lapar, melainkan hipotalamus
yang berperan dalam mengontrol rasa lapar. Rasa lapar diatur oleh 3 pusat yang
terdapat pada hipotalamus. Dua dari hipotalamus lainnya bekerja secara
berlawanan. Sistem pemberi makan yang mengaktifkan untuk makan ketika makan
dibutuhkan berada pada hipotalamus
lateral, dan sistem yang memberi rasa kenyang, akan berhenti makan ketika
makan telah cukup dikonsumsi, berada pada hipotalamus
ventromedial. Bagian ketiga pada hipotalamus yang berperan dalam mengatur
rasa lapar adalah nukleus
paraventrikular. Dimana nukleus ini bekerja dalam menambah dan mengurangi
rasa lapar dengan mengatur kadar gula didalam tubuh.
Ternyata, ada dua syarat yang digunakan dalam
megontrol rasa lapar sehari-hari, dan ketiga syarat ini digunakan untuk
mengontrol berat badan dalam jangka waktu yang panjang:
a.
Kontraksi
Perut. Syarat yang paling utama dalam
mengontrol rasa lapar berasal dari perut. Sinyal kontraksi dari sistem pemberi
makan hipotalamus lateral, mengingat perut yang berisi (kenyang) mengaktifkan
sistem mengenyangkan ventromedial.
b.
Kadar
Gula-Darah. Makan juga mengontrol kadar gula
didalam darah pada jangka waktu yang pendek. Dimana hipotalamus berisi neuron khusus
yang secara langsung mendeteksi tingkat glukosa dalam darah, tapi dua organ
lainnya lebih banyak informasi kepada hipotalamus. Hati yang merupakan gudang
gula, mendeteksi tingkat glukosa darah, dan bagian paling atas usus kecil, atau
duodenum yang mendeteksi gula dalam
darah yang telah dimakan. Kedua organ ini mengirimkan pesan kimiawi ke hipotalamus,
yang berperan dalam pemberian kode atau memberhentikan makan.
Tingkat glukosa darah adalah kunci dari
mekanisme yang mengontrol rasa lapar dalam waktu singkat, fakta sederhana yang
penting untuk di mengerti tentang glukosa darah dan rasa lapar. Ketika makan, itu membutuhkan beberapa menit
untuk mencerna makanan lalu masuk ke pembuluh darah dalam bentuk
glukosa. Bila makan dengan pelan, otak akan memiliki waktu yang cukup
untuk mendeteksi peningkatan gula darah dan membuat merasa kenyang sebelum
makan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, semakin cepat makan, maka akan
semakin banyak makanan yang dimakan sebelum merasa kenyang.
c.
Kadar Lemak Tubuh. Pemeliharaan jangka panjang dari
berat badan diatur oleh kemampuan hipotalamus untuk mendeteksi tingkat sekresi
hormon dari sel-sel lemak dalam tubuh. Sel adipose (lemak) yang tumbuh di
pinggang, pinggul, dan di tempat lain mengeluarkan leptin ke dalam aliran darah. Semakin banyak lemak pada sel-sel adipose
(kegemukan), semakin banyak pula leptin
yang disekresikan. Ketika leptin yang beredar mencapai hipotalamus, struktur
didalam dan di sekitar hipotalamus ventromedial akan mendeteksinya. Inilah yang
menyebabkan hipotalamus bereaksi dengan tiga cara dalam mengontrol berat badan.
Yang pertama, ventromedial mengirimkan pesan langsung yang menghalangi untuk
makan. Kedua, memberikan sinyal kepada nukleus paraventrikular untuk mengontrol
rasa lapar melalui kontrol terhadap kadar gula darah. Dan perilaku ketiga
dilakukan oleh ventromedial untuk mengontrol berat badan dalam merespon leptin
juga telah ditemukan. Ketika tingkat leptin tinggi, ventromedial hipotalamus akan
mengaktifkan sistem saraf simpatik. Dimana saraf ini memliki cabang yang sangat
halus dan berujung pada sel-sel adiposa. Stimulasi dari sel-sel adiposa oleh neuron-neuron
simpatetik meningkatkan metabolisme,
yang menyebabkan pembakaran lemak menjadi lebih cepat.
·
Body
Weight and the “Set Point”
Seperti yang kita ketahui, hipotalamus dan pusat
otak terkait meregulasi rasa lapar. Sistem ini bekerja secara berbeda pada tiap
orang. Itulah sebabnya mengapa kita memiliki perbedaan jumlah lemak didalam
tubuh. Inilah yang memimpin para ilmuan untuk membuat hipotesa bahwa setiap
orang memiliki set point yang
berbeda-beda untuk lemak dalam tubuh. Set
point adalah pemikiran seperti poin yang diatur atur pada thermostat untuk
mengontrol tingkat panas, tetapi itu menentukan urutan dari sel-sel metabolisme
daripada menilai tingkat panas mana yang dapat membakar.
·
Psychological
Factors in Hunger
Meskipun rasa lapar adalah suatu sebab
yang sangat jelas terkait dengan kebutuhan biologis, faktor-faktor psikologis
juga merupakan pengontrol asupan makanan. Melalui proses pematangan dan
pembelajaran, kita beranjak dari bayi yang minum susu dan hanya untuk orang
dewasa dengan preferensi makanan berbeda yang memainkan peran penting dalam
kehidupan kita.
Emosi juga berperan dalam makanan. Orang
yang sedang cemas biasanya akan makan lebih banyak dari biasanya, dan orang yang
sedang depresi akan kehilangan berat badan dalam waktu yang lama. Ironisnya,
orang yang sedang depresi seringkali anti terhadap makan dan olahraga sehingga
kehilangan nafsu makan secara berlanjut.
Mungkin faktor psikologis yang paling sulit untuk
mereka berusaha mengendalikan makan mereka adalah dorongan. Dorongan adalah isyarat dari luar (external) yang mengaktifkan
motif. Misalnya aroma roti bakar yang kemudian membuatmu lapar. Dorongan
memiliki efek yang sama melalui mekanisme otak yang mengontrol rasa lapar
secara biologis. Tampilan makanan yang menyebabkan saraf hipotalamus terangsang
dan juga tentunya karena merupakan makanan favorit ataupun aroma makanan yang
kemudian merangsang terbebasnya insulin, yang menyebabkan rasa lapar dan
menurunkan gula darah.
3.
Thirst:
The Regulation of Water Intake
Kita perlu meregulasikan masukan berupa minuman
kedalam tubuh kita. Seperti kasus rasa lapar, kunci atau pusat regulasi haus
juga ada pada hipotalamus.
·
Biological
Regulation of Thirst
Sistem minum dan sistem berhenti minum
diatur oleh bagian yang berbeda dari hipotalamus. Kehancuran bedah dari sistem
minuman menyebabkan hewan untuk menolak air; kehancuran dari system
memberhentikan minum menyebabkan minum yang berlebihan. Meskipun pusat
kontrol haus menempati banyak daerah
yang sama dengan pusat lapar, mereka beroperasi secara terpisah dengan
menggunakan neurotransmitter yang berbeda juga.
Hipotalamus
menggunakan 3 prinsip utama dalam mengatur minum: bibir kering, berkurangnya
kadar air di dalam sel, dan pengurangan volume darah.
a.
Bibir
kering. Kekeringan pada mulut adalah hal yang
paling kita sadari. Cannon menyimpulkan bahwa mulut kering adalah isyarat yang
menyebabkan sensasi haus, tetapi ini hanya sebagian.
b.
Tingkatan
aliran sel. Ketika jumlah total air dalam tubuh
berkurang, konsentrasi garam dalam cairan tubuh meningkat. Yng penting dan
khusus pada pengaturan haus adalah garam natrium yang ada terutama dalam cairan
di luar sel-sel tubuh (karena garam tidak bisa melewati membran semipermeable
dari sel-sel). Penurunan total cairan tubuh dari 1% sampai 2%
menghasilkan peningkatan konsentrasi natrium yang cukup besar untuk menarik air
keluar dari sel dehidrasi. Ini terjadi pada sel-sel di seluruh tubuh, tetapi
ketika sel-sel khusus tertentu di pusat minum dari dehidrasi hipotalamus dan
mengerut, mereka mengirim beberapa pesan untuk memperbaiki situasi. Khususnya,
sinyal kimia dari kelenjar hipofisis,
yang terletak tepat di bawah pusat minum hipotalamus, untuk mengeluarkan hormon antidiuretic (ADH) ke dalam
aliran darah. Ketika ADH mencapai ginjal, mereka menyebabkan hemat air dalam
tubuh dengan cara menyerap dari urin. Di samping itu, pusat hipotalamus secara
bersamaan mengirimkan pesan haus ke korteks serebral, yang inisiasi mencari
cairan minum.
c.
Total
volume darah. Isyarat ketiga yang digunakan oleh hipotalamus untuk mengatur rasa haus adalah total
volume darah. Volume air yang
menurun, volume darah yang sebagian besar terdiri dari air juga ikut menurun. Volume
penuruan darah pertama kali dirasakan oleh ginjal. Ginjal bereaksi dengan dua
cara. Pertama, mereka menyebabkan pembuluh darah berkontraksi untuk mengimbangi
jumlah yang lebih rendah dari darah. Kedua, dalam serangkaian langkah-langkah
kimia, mereka menyebabkan penciptaan angiotensin
substansi dalam darah. Ketika angiotensin mencapai hipotalamus, pusat minum mengirimkan
pesan haus ke korteks serebral, yang akhirnya membawa kita untuk mencari
cairan.
·
Psychological Fcators in Thirst
Faktor psikologis juga berperan
dalm meregulasi minum, meskipun secara keseluruhan peran ini tidak terlalu
besar seperti halnya kelaparan. Stres dan emosi kelihatannya memiliki dampak
atau efek pada minuman dan makanan, kecuali dalam kasus minuman yang mengandung
alkohol atau stimulan (kopi, teh, dan sebagainya) yang mengubah suasana hati
kita.
C. PSYCHOLOGICAL MOTIVES
Psychological motives adalah motif
yang tidak berkaitan langsung dengan kelangsungan hidup biologis dari individu
atau spesies. Mereka adalah "needs" dalam arti bahwa kebahagiaan
individu dan kesejahteraan tergantung pada motif-motif ini. Bahkan lebih dari
motif primer, motif psikologis bervariasi dalam sejauh mana mereka dipengaruhi
oleh pengalaman. Beberapa motif psikologis ditemukan bawaan dari spesies,
sedangkan yang lain akan sepenuhnya dipelajari.
1. Stimulus Motivation: Seeking Novel
Stimulation
Apakah Anda pernah pulang ke rumah
kosong dan mendengar radio atau televisi hanya untuk membunuh kesunyian? Apakah Anda pernah
menghabiskan sepanjang hari Sabtu menulis makalah dan kemudian merasa Anda
harus bangun dan berjalan-jalan atau berbicara dengan seseorang untuk mengalihkan
kebosanan? Kebanyakan orang mudah bosan jika ada sedikit rangsangan secara
keseluruhan tidak berubah. Kita dan hewan lainnya, ternyata memiliki motif
bawaan untuk mencari stimulasi baru.
Jika Anda meletakkan tikus dalam
labirin T di mana ia harus memilih antara berbelok ke kanan ke sebuah gang
dicat abu-abu atau ke kiri dengan garis-garis yang kompleks, tikus akan
mengeksplorasi dan masuk ke gang yang lebih kompleks dan lebih
"menarik". Tapi lain kali akan lebih cenderung untuk berubah menjadi
gang abu-abu, yang belum di lihat. Rupanya karena itu adalah rasa
"penasaran". Begitu juga manusia, kita akan hampir selalu mulai
merasakan kebutuhan untuk beraktivitas.
·
Optimal
Arousal Theory.
Meskipun ada
mekanisme homeostatik dikenal untuk kebutuhan kita untuk stimulasi baru, kita
jelas harus memiliki srasa nyaman untk melakukan hal itu. Jika kita hanya menerima
sedikit rangsangan pasti tidak akan menyenangkan dan akan memotivasi kita untuk
meningkatkan rangsangan, tapi, jika stimulus terlalu banyak akan memotivasi
kita untuk menemukan cara untuk menguranginya. Terlalu banyak orang berbicara
bersamaan, kebisingan, atau ruangan yang berisi terlalu banyak warna dan pola
akan menjadikan seseorang pergi mencari beberapa menit kedamaian, ketenangan. Ternyata,
jika level stimulus maksimal, kita akan merasa tidak nyaman pada tingkat ini.
"Need" stimulus untuk tingkat optimal telah menyebabkan setiap
individu berusaha untuk mempertahankan tingkat optimal pada gairah dalam sistem
saraf. Gairah yang mengacu pada kondisi keseluruhan kewaspadaan dan aktivasi
orang tersebut. Individu yang sedang tidur berada pada tingkat gairah yang
sangat rendah gairah, orang santai berada pada tingkat yang sangat tinggi.
Teori ini menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ada kebutuhan biologis untuk meningkatkan
gairah dan individu akan bertindak tergantung pada tingkat arouslanya.
·
Arousal and
Performance: Hukum Yarkes-Dodson
Tidak hanya konsep gairah yang
penting dalam motivasi, itu juga terkait dengan efisiensi kinerja dalam
berbagai situasi. Jika gairah terlalu rendah, kinerja akan memada dan kalau
terlalu tinggi, kinerja dapat menjadi terganggu dan tidak teratur. Gagasan ini
disebut sebagai The Yerkes-Dodson Law.
Tingkat ideal gairah untuk berbagai jenis kinerja sangat bervariasi. Pemain
sepak bola pada saat pemanasan dan pembangkitan psikologis secara fisik dan
emosional bagus jika harus berada pada tingkat arousal yang tinggi. Di sisi
lain, seorang pekerja senoi tangan akan lebih bagus jika memiliki tingkat
arousal yang rendah.
2.
Affiliation
Motivation
Apakah kamu biasanya menikmati
kebersamaan dengan teman-teman? Apakahkamu merasa kesepian ketika Anda tidak
memiliki banyak teman? Manusia adalah makhluk sosial. Diberi kesempatan, kita
umumnya lebih memilih untuk memiliki kontak teratur dengan orang lain. Hal ini
disebut motive for affiliation.
Kebutuhan afiliasi ada pada semua
manusia. Individu yang tinggi dalam kebutuhan akan afiliasi, misalnya,
cenderung lebih suka berada bersama orang lain daripada memuaskan motif-motif
lain. Ketika ditanya untuk melakukan tugas administrasi dengan pasangan,
individu yang tinggi dalam kebutuhan akan afiliasi tapi rendah kebutuhan akan
prestasi memilih pasangan yang mereka percaya paling nyaman bersamanya.
Dua teori telah diajukan untuk
menjelaskan kebutuhan nyata kami untuk afiliasi. Beberapa percaya bahwa
motivasi afiliasi kebutuhan bawaan yang didasarkan pada seleksi alam. Seorang
manusia jaman batu yang memilih untuk berburu sendirian akan kurang mampu
membunuh binatang besar untuk makanan dan untuk menghindari menjadi mangsa
hewan lain, dan dengan demikian untuk bertahan hidup, dari manusia yang merasa
perlu untuk hidup dan berburu dengan orang lain. Dengan demikian, kekuatan alam
mungkin telah memilih mereka manusia dengan kebutuhan untuk afiliasi. Psikolog
lain, bagaimanapun, percaya bahwa setiap manusia belajar motif untuk afiliasi
melalui pengalamannya sendiri. Bayi mengalami diberi makan, dibersihkan,
menggelitik, kehangatan, dan bentuk positif lainnya akan menjadi
"rangsangan positif" melalui pengkondisian klasik.
Motif afiliasi mungkin terkait bahwa
manusia yang afiliasi-kawanan bersama-sama—akan bertahan menerima beberapa
dukungan dari fakta bahwa motivasi affiliation muncul lebih kuat ketika kita takut
tentang kesejahteraan kita, mungkin sebagian karena motif afiliasi
mempromosikan dukungan sosial saat-saat sulit.
3.
Achievement
Motivation
Achievement motivation adalah kebutuhan psikologis untuk
sukses di sekolah, pekerjaan atau bidang lain. Elliot dan Church membedakan 3
elemen penting dalam motivasi:
a. Mastery
Goals. Individu dengan mastery goal yang tinggi termotivasi
secara intrinsik untuk mempelajari informasi yang menarik dan penting. Mereka
menikmati mata pelajaran yang menantang jika mata pelajaran itu membantu mereka
menguasai informasi baru, dan mereka merasa kecewa dengan mata pelajaran yang
mudah dimana mereka mendapat nilai yang baik tetapi yang dipelajari sangat
sedikit.
b.
Performance-Approach Goals. Individu dengan
performance-approach goal yang tinggi termotivasi untuk bekerja keras untuk
mendapatkan nilai yang lebih baik dari orang lain dan untuk mendapat perhatian
atas performanya.
c.
Performance-Avoidance Goals. Individu dengan performance-avoidance
goal yang tinggi termotivasi untuk bekerja keras untuk menghindari nilai yang
jelek dan terlihat tidak cerdas. Setiap tipe ini membantu dalam kesuksesan,
tetapi Elliot dan Church (1997) percaya bahwa mereka menyebabkan konsekuensi
yang berbeda.
Perbedaan tipe achievement
motivation dihubungkan dengan perbedaan hasil diakhir mata pelajaran. Pelajar
dengan mastery goal yang lebih tinggi
dilaporkan lebih menikmati mata pelajaran. Ini terutama berlaku jika mereka
juga rendah dalam performance-approach
goal. Pelajar dengan performance-approach
goal yang tinggi memiliki nilai yang lebih baik, khususnya jika mastery goal mereka rendah. Keinginan
untuk mengesankan orang lain dengan membuat nilai yang bagus menyebabkan nilai
yang baik, tapi sayangnya keinginan untuk mempelajari materi untuk
kepentingannya sendiri terkadang terjadi untuk mendapat nilai bagus. Pelajar
dengan nilai yang paling rendah memiliki
performance-approach dan mastery goal
yang rendah atau mereka memiliki performance
avoidance goal yang tinggi. Pelajar dengan performance-avoidance goal yang tinggi di awal mata pelajaran di
laporkan bahwa mereka lebih sedikit/kurang menikmati konten mata pelajaran.
Bekerja hanya untuk menghindari kegagalan.
Untuk mengerti achievement motivation,
kita perlu mengerti apa yang orang inginkan dan mengapa mereka menginginkan
itu. Untuk mengerti motivasi individu dalam berprestasi juga harus
mempertimbangkan fear of success. Fear
of success adalah ketakutan terhadap konsekuensi dari kesuksesan, terutama
rasa iri dari orang lain. Meskipun mengalahkan orang lain memberi kepuasan,
tetapi dapat menimbulkan rasa iri yang mungkin mempertegang hubungan sosial
(Exline & Lobel, 1999).
4.
Solomon's
Opponent-Process Theory of Acquired Motives
Richard Solomon (1980) mengeluarkan
sebuah teori yang implikasinya penting dalam mempelajari motif-motif baru, yang
umumnya sulit dimengerti. Seperti mengapa seseorang suka bertarung dalam
pertandingan karate atau terjun payung dari pesawat?. Solomon memberikan jawaban
yang menarik dari pertanyaan ini dan pertanyaan lain dengan opponent-process theory of motivation. Solomon menjelaskan kecanduan dengan
dua konsep: (a) keadaan yang memberikan perasaan positif diikuti juga dengan
perasaan negatif yang sangat kontras/ berbeda, (b) perasaan (baik positif
maupun negatif) yang dialami terus menerus akan berkurang intensitasnya.
Contohnya
terjun paying. Dari data yang diperoleh Solomon, awalnya terjun payung
menakutkan. Ketika penerjun yang masih baru mendarat, awalnya terkejut tetapi
kemudian mulai tersenyum dan berbicara sangat bersemangat. Perasaan negatif
(ketakutan) diikuti dengan perasaan negatif (euforia) yang memberi reinforce/penguatan
pada perilakunya. Setelah sering kali melakukannya, ketakutannya menjadi berkurang.
Ketakutan yang berkurang, membuat euforia yang dihasilkan lebih kuat.
Solomon
melihat ketagihan terhadap heroin dan obat-obatan lain, awalnya kesenangan
“menyerang” diikuti dengan perasaan tidak nyaman. Setelah sering
menggunakannya, kesenangan penggunaan obat-obatan (cocain, nicotine, dll) dalam
jumlah yang sama sangat berkurang, tetapi rasa sakit ketika tidak memakainya
lebih buruk. Rasa sakit itu menjadi motif yang paling kuat untuk memakai
obat-obatan lagi.
5. Intrinsic dan Extrinsic Motivation
Penting untuk membedakan antara motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik
ketika orang termotivasi oleh sifat yang melekat pada kesenangan aktivitas,
atau konsekuensi alami dari aktivitas. Sebagai contoh, monyet akan membongkar
mechanical puzzles tanpa hadiah. Contoh lain, orang yang membaca buku-buku
nonfiksi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka hanya karena itu
menyenangkan. Demikian pula, orang yang mendonorkan harta mereka untuk amal karena
mereka ingin membantu orang
Motivasi
ekstrinsik, adalah motivasi external dengan aktivitas yang bukan
merupakan bagian yang melekat dari itu. Jika seorang anak yang membenci PR
matematika didorong untuk mengerjakan PR nya dengan memberikan permen untuk
setiap jawaban yang benar. Demikian pula, seseorang yang bekerja keras untuk
karyawan karena ia ingin dikagumi oleh orang lain-bukan karena kepentingan
dalam bekerja. Orang yang secara intrinsik termotivasi cenderung bekerja lebih
keras dan merespon tantangan dengan bekerja lebih keras lagi. Mereka menikmati
pekerjaan mereka lebih kreatif dan efektif. Motivasi intrinsik dibentuk oleh
pengalaman belajar Misalnya, anak dari keluarga yang menekankan sukacita dan
pentingnya belajar memiliki motivasi intrinsik lebih untuk belajar di sekolah.
Pertanyaannya adalah kapan penghargaan ekstrinsik
harus diberikan oleh orang tua, guru, dan pengusaha dalam upaya untuk
meningkatkan motivasi. Kapan itu bijaksana untuk menggunakan motivasi
ekstrinsik dalam bentuk penguatan positif untuk meningkatkan frekuensi dari beberapa perilaku (seperti mengerjakan PR,
memberikan paket tepat waktu)? Anak-anak yang tidak suka melakukan pekerjaan
rumah matematika mereka akan sering melakukannya dengan tekun jika dihargai
dengan tambahan uang saku. Di sisi lain, jika individu tersebut sudah secara
intrinsik termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan, menambahkan motivasi
ekstrinsik dapat mengurangi motivasi intrinsik tersebut. Misalnya, ketika
anak-anak muda yang suka menggambar di sekolah diberi sertifikat untuk gambar
yang baik, mereka menggambar kurang berminat lagi daripada anak-anak yang belum
menerima sertifikat. studi menunjukkan bahwa kita harus berhati-hati untuk
menghindari motivasi intrinsik dengan memberikan imbalan ekstrinsik yang tidak
perlu.
Selama bertahun-tahun, diasumsikan bahwa cara lain
yang baik untuk meningkatkan motivasi intrinsik adalah untuk memberi pilihan mereka
akan memilih kegiatan yang secara intrinsik memotivasi mereka. Anak-anak
Amerika keturunan eropa menunjukkan motivasi intrinsik lebih untuk tugas-tugas
sekolah dan kegiatan lain yang mereka pilih sendiri. Sebaliknya, anak-anak
amerika asian dari budaya kolektif yang menempatkan penekanan lebih besar pada
kelompok dari pada individu memiliki motivasi intrinsik lebih rendah untuk
kegiatan yang mereka pilih. Seperti dalam banyak aspek psikologis, faktor sociocutural
penting dalam motivasi.
6. Maslow’s Hierarchy of Motives
Menurut Maslow jika kebutuhan yang bawah tidak
terpenuhi maka kebutuhan yang di atasnya tidak akan terpenuhi, sehingga
piramida kebutuhan Maslow ini merupakan sebuah hirarki. Hal ini menjelaskan
mengapa petani yang lapar tidak tertarik dengan filsafat, karena kebutuhan
fisiologisnya belum dipenuhi. Kekurangan teori ini tidak menjelaskan kenapa
seseorang rela melakakukan hal yang mengancam nyawa nya unntuk mengolong
temannya, kenapa seorang aktivis rela mogok makan samapai mati agar tuntutannya
terpenuhi.
D. SEXUAL MOTIVATION AND SEXUALITY
Tanpa motivasi seksual, manusia dan hewan yang
bergantunng pada reproduksi seksual akan punah. Motivasi seksual adalah motif
utama yang paling esensial terhadap kelangsungan spesies.
1. Sexual Response Cycle
Walaupun secara
umum sexual respon cycle pria dan wanita ada persamaan, tapi ada juga
perbedaan. Willian Masters dan Virginia Johnson (1996) menjelaskan ada 4 tahap
dari sexual respon cycle:
a.
Excitement
phase. Pria dan wanita sama-sama menunjukkan
adanya rangsangan fisiologis. Pada tahap ini darah mengalir ke penis dan
vagina, ereksi dan lubrikasi muncul, puting mengalami ereksi, detak jantung
meningkat.
b.
Pleateau
phase. Jika stimulasi seksual cukup maka tahap
ini akan muncul. Pada tahap ini derajat
kenikmatan seksual itu sangat tinggi tapi belum maksimum
c.
Orgasmic
phase. Pada tahp ini telah dicapai puncak dari
rangsangan seksual dan kenikmatan. Nafas semakin cepat, tekanan darah dan detak
jantung tinggi, semburat merah pada kulit, dan inndividu kehilangan kontrol
otot dan pada pria mengalami ejakulasi.
d.
Resolution
phase. Pada tahap ini rangsangan fisik menurun
secara drastis. Dalam beberapa menit kondisi tubuh akan kembali ke tahap awal
walaupun rasa lelah muncul.
2. Similarity of Sexual Motivation to
Other Primary Motives
Kita akan paham
motivasi seksual lebih baik jika kita bandingkan dengan motivasi primer yang
lain.
a.
Hypothalamic
control. Seperti haus dan laper, motivasi
seksual juga diatur oleh hypotalamus. Bila hyphotalamus rusak maka perilaku
seksual tidak akan muncul meskipun diberikan rangsangan yang kuat. Kerusakan
hypothalamus juga dapat mengakibatkan
perilaku seks yang tidak terkontrol.
b.
Role
of external stimuli. Seperti rasa lapar
yang dapat di rangsang oleh stimulus dari luar seperti aroma makanan. Begitu
juga dengan motivasi seksual yang sangat terpengaruh oleh stimulus eksternal.
c.
Role
of learning. Motivasi seksual dipengaruhi oleh
pembelajaran. Ada banyak perilaku seksual pada berbagaai macam masyarakat yang
dapt membuktikan kalau perilaku seksual dipengaruhi oleh proses belaajar.
Contoh: Di Amerika oral seks merupakan hal yang wajar dilakukan, sementara di
tempat lain oral seks merupakan sesuatu hal yang dilarang.
d.
Role
of emotions. Seperti motif primer yang lain,
terutama makan, motivasi seksual sangat dipengaruhi oleh emosi kita. Stress,
cemas, dan dpresi dapat sangat mempengaruhi motivasi seksual.
3.
Differences
Between Sexual Motivation and Other Primary Motives
Walaupun motivasi seksual hampir sama dengan motif
utama lainnya dalam berbagai hal, terdapat adanya perbedaan penting:
a.
Nilai
kelangsungan hidup. Kita harus memenuhi
motif utama dari lapar, haus, dan lainnya untuk dapat bertahan sebagai
individual dan yang paling penting, sebagai spesies. Walaupun motif pemenuhan
seks sangat penting untuk kelangsungan hidup spesies, itu tidak menjadi
keharusan untuk kelangsungan hidup individual.
b.
Naik
dan turunnya gairah. Kita termotivasi untuk
menurunkan gairah psikologis yang ditimbulkan oleh rasa lapar dan motif utama
lainnya. Akan tetapi, manusia termotivasi untuk menaikkan dan menurunkan gairah
seksual mereka.
c.
Peran
kekurangan. Motif seperti lapar dan haus
diduga naik dan turun sesuai dengan lamanya waktu sejak mereka terakhir merasa
puas. Seseorang yang baru saja makan makanan banyak tidak akan lapar, tetapi
orang yang telah diberi makan selama delapan jam akan kelaparan. Hal yang sama
berlaku dari seks. Jika digunakan dalam kehidupan seks, dua minggu kekasih
pulang untuk mengunjungi keluarga, itu dapat menyebabkan peningkatan yang nyata
dalam minat seksual.
d.
Kurangnya
kekuatan atau energi. Motif utama lainnya yang
mengarah kepada perilaku yang meningkatkan kekuatan atau energy dan kebutuhan
lainnya. Sebaliknya, hasil perilaku seksual dalam penggunaan energi yang
tersimpan.
4.
Hormones
and Other Biological Factors in Sexual Behavior
Pada hewan bukan manusia, hormon dari
sistem endokrin memainkan peran utama dalam mengatur motivasi seksual. Anjing
betina, kucing, dan tikus yang menerima hubungan seksual hanya ketika mereka
sedang berovulasi. Laki-laki dari spesies ini kurang dipengaruhi oleh hormon
daripada perempuan dan menerima rangsangan seksual di sebagian besar. Pada
beberapa spesies, namun - tikus, rusa, dan kambing, misalnya - laki-laki akan
melakukan hubungan sexual hanya selama tahunan atau dua tahunan pada hewan
bukan seperti manusia yang terbatas pada mereka beberapa kali ketika
fertilisasi dan faktor reproduksi. Namun, manusia lebih dipengaruhi oleh hormon
dari yang kita pikirkan. Meskipun hubungan antara manusia tidak terbatas pada
periode pembuahan, perempuan cenderung memiliki minat seksual yang lebih besar
pada pria yang bukan pasangan mereka saat ini.
Demikian pula, selama ovulasi, wanita
cenderung untuk mencari orang-orang dengan wajah lebih maskulin dan physiques,
pria yang dominan secara sosial, dan aroma laki-laki yang sehat menjadi menarik
secara seksual, tetapi menunjukkan kurang preferensi ini selama bagian lain
dari siklus menstruasi. Menariknya, wanita tidak menunjukkan preferensi ini
untuk laki-laki jantan ketika mereka menilai laki-laki sebagai calon mitra
perkawinan, hanya sebagai calon pasangan seks. Selain itu, perempuan lebih
responsif secara seksual dengan pasangan laki-laki mereka, dan kemungkinan
besar tidak akan tertarik pada pria lain, jika pasangan pria mereka memiliki
gen yang berbeda yang berhubungan dengan fungsi sistem kekebalan tubuh. Hal ini
diduga karena menikah dengan pasangan dengan gen sistem kekebalan tubuh yang
berbeda menciptakan keturunan sehat. Meskipun kita tidak menyadari
melakukannya, kami dapat mendeteksi bau dari feromon yang mencerminkan gen ini
dan mempengaruhi daya tarik seksual.
5.
Patterns
of Sexual Behavior
Survei besar pertama dari perilaku
seksual manusia dilakukan pada tahun 1940 oleh Alferd Kinsey (1894-1956) dan
rekan-rekannya di Universitas Indiana. Studi mereka merintis studi tentang
seksualitas manusia, tetapi metode mereka lemah dan menyebabkan beberapa kesimpulan
yang keliru. Baru-baru ini, yang dirancang dengan baik survei nasional berskala
besar perilaku seksual yang dilakukan oleh universitas Chicago dilakukan dengan
beberapa temuan yang mengejutkan. Apakah orang-orang seperti seks bebas
sebagaimana yang tampak di televisi dan di film? Seperti yang ditunjukkan pada
sisi kiri angka 11,11 sebagian besar wanita dan pria Amerika di atas usia 18
memiliki baik tidak ada pasangan seks atau hanya satu pasangan seks dalam 12
bulan terakhir.
Beberapa orang Amerika seks memiliki
lebih dari satu pasangan seks dalam rentang satu tahun, dan banyak dari
orang-orang ini telah memiliki lebih dari satu pasangan hanya karena satu
hubungan berakhir dan lain dimulai selama 12 bulan terakhir. Hanya 5% dari
laki-laki dan 2% dari perempuan memiliki lima atau lebih pasangan seks pada
tahun lalu. Di antara orang-orang yang sudah menikah, 95% tidak memiliki
pasangan seks selain pasangan mereka dalam satu tahun terakhir. Memang, sekitar
85% wanita menikah dan 75% dari pria menikah tidak pernah berhubungan seks
dengan orang lain selain pasangan mereka saat mereka menikah. Amerika jauh
lebih memilih dari yang sering kita fikirkan.
Namun, Amerika rata-rata tidak
berhubungan seks dengan satu pasangan dalam dirinya atau hidupnya. Seperti
ditunjukkan di sisi kanan gambar 11.11, kurang dari seperempat dari laki-laki
dewasa dan kurang dari sepertiga perempuan dewasa hanya memiliki satu pasangan
seks. Di antara perempuan, sedikit lebih dari 50% telah memiliki antara dua dan
sembilan pasangan seks dalam hidup mereka. Di antara laki-laki, satu dari tiga
orang telah memiliki 10 atau lebih pasangan seks dalam hidupnya. Jelas bahwa
kita cenderung sangat setia ketika kita berada dalam suatu hubungan, tetapi
bahwa kita memiliki banyak pasangan seks seperti yang kita bergerak dari satu
hubungan ke yang lain.
Seberapa sering orang Amerika
berhubungan seks dengan pasangan mereka? Seperti yang ditunjukkan pada gambar
11.12, sebagian besar wanita dewasa dan laki-laki berhubungan seks dengan
pasangan mereka sedikit kurang dari sekali seminggu. Sedikit lebih dari
seperempat dari kita melakukan hubungan seks 2-3 kali seminggu, dengan kurang
dari 10% orang Amerika berhubungan seks empat kali atau lebih dalam seminggu.
Kebanyakan pria dan wanita mengatakan bahwa mereka menghabiskan antara 15 menit
dan satu jam bercinta setiap kali. Beberapa dari Anda akan terkejut (dan
beberapa dari Anda tidak akan) untuk mengetahui bahwa orang-orang yang berada
di hubungan berkomitmen melakukan hubungan seks lebih sering daripada satu
orang lakukan.
6.
Sexual
Orientation
Aspek penting motivasi seksual adalah orientasi seksual. Individu yang lebih
memilih hubungan seksual dan mempunyai rasa ketertarikan romantis dengan
anggota yang jenis kelamin berbeda disebut heteroseksual.
Individu yang lebih memilih hubungan seksual dan romantis dengan anggota dari
jenis kelamin yang sama disebut dengan homoseksual
Kebanyakan pria homoseksual menggunakan istilah gay. Sedangkan perempuan yang
homoseksual lebih memilih istilah lesbian.
Orang lain tertarik untuk berbagai luasan baik kepada anggota jenis
kelamin yang sama dan anggota dari jenis kelamin lainnya, disebut biseksual.
Persentase pria dan wanita di Amerika Serikat yang telah memiliki pengalaman
seksual dengan orang yang berjenis kelamin sama sejak masa pubertas, sejak usia
18 tahun, atau dalam 12 bulan terakhir. Persentase orang yang mengidentifikasi
diri mereka sebagai homoseksual atau bisexsual sama dengan persentase yang
melaporkan berhubungan seks dengan orang berjenis kelamin yang sama dalam 12
bulan terakhir.
Survei nasional lebih dari 3.000 orang
dewasa yang dilakukan oleh Universitas Chicago memberikan angka yang dapat
diandalkan,pertama pada orientasi seksual dan perilaku seksual sesama jenis
antara orang Amerika. 13, 9% dari pria
dewasa melaporkan bahwa mereka telah berhubungan seks dengan pria lain sejak
masa pubertas. Sekitar setengah dari laki-laki ini yang memiliki pengalaman
yang sama terhadap seks dini terus memiliki pengalaman homoseksual setelah usia
18 tahun, tetapi hanya 2,8% dari laki-laki mengidentifikasi diri mereka sebagai
gay atau biseksual. Kalangan perempuan, 4% dari mereka telah melakukan hubungan
seks dengan wanita lain sejak masa pubertas, dengan pengalaman ini hampir
selalu terjadi setelah usia 18 tahun. Sekitar 1,4% dari semua wanita dewasa di
Amerika Serikat mengidentifikasi diri mereka sebagai lesbian atau biseksual.
Dengan demikian, perempuan lebih sedikit memiliki pengalaman yang sama terhadap
seks daripada pria.
Sebaliknya, lebih banyak perempuan dibandingkan
laki-laki melaporan perasaan tertarik secara seksual kepada orang-orang dari
kedua jenis kelamin. Demikian pula, perempuan lebih mungkin dibandingkan pria
untuk memiliki periode waktu di mana mereka mengidentifikasi sebagai
homoseksual dan kemudian kembali ke identitas heteroseksual. Wanita yang
melaporkan dorongan seks yang tinggi lebih mungkin untuk tertarik secara
seksual pada kedua jenis kelamin dari wanita dengan kurang gairah seks;
laki-laki dengan tinggi dorongan seks cenderung tertarik hanya untuk satu jenis
kelamin atau yang lain.
·
Stigmatization,
Stress, and Sexual Orientation
Meskipun sikap terhadap homoseksualitas
bergeser ke arah penerimaan yang lebih besar, gay dan lesbian masih buruk
stigmanya di seluruh dunia. Dalam banyak kasus, masih sulit untuk menjadi
seorang remaja gay atau lesbian yang menghadapi ancaman prasangka dan ejekan
dari lingkungan dan mungkin kritik-kritik dari orang tua.
Gay dan lesbian sering menghadapi
diskriminasi ketika mereka hidup bersama dan memiliki hak hukum dan ekonomi
kurang dari pasangan heteroseksual di kebanyakan negara. Gay juga menghadapi
resiko yang lebih besar dari penyakit AIDS dan jauh lebih mungkin dibandingkan
heteroseksual yang mengalami stres hidup dengan HIV atau merawat pasangan yang
sedang sekarat karena AIDS. Itu mungkin tidak mengejutkan, bahwa sejumlah studi
telah menemukan biseksual, gay, lesbian dan berada pada resiko yang lebih besar
untuk depresi, kecemasan, bunuh diri, dan penyalahgunaan zat narkotika. Temuan
ini lebih rumit dari pertama mereka muncul. Wanita yang berhubungan seks dengan
perempuan hanya benar-benar tidak ada pada peningkatan resiko untuk masalah
ini, sedangkan laki-laki gay, dan terutama laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki dan perempuan, berada pada risiko tertinggi.
·
Origins
of Sexual Orientation
Mengapa beberapa orang mengembangkan
orientasi homoseksual? Kebanyakan orang percaya bahwa pengalaman seksual
pertama seseorang dapat memperkuat
mereka membentuk orientasi seksual. Jika pengalaman seksual pertama adalah
dengan orang berjenis kelamin sama, kita akan lebih mungkin untuk mengembangkan
orientasi homoseksual. Antropolog Gil Herdt dari Universitas Chicago
berpendapat kuat terhadap ide ini dengan menggambarkan praktik seksual dari
orang-orang Sambian dari Guinea baru. Pria Sambian percaya bahwa anak laki-laki
akan menjadi laki-laki hanya jika mereka menelan sperma dari laki-laki yang
lebih tua. Oleh karena itu, pada usia 7 tahun, anak laki-laki meninggalkan
rumah keluarga mereka dan hidup di pondok putra, di mana mereka diinisiasi ke
ritual homoseksualitas.
Mereka secara teratur melakukan oral
seks pada laki-laki yang lebih tua selama beberapa tahun, dan kemudian menerima
oral seks dari laki-laki yang lebih muda ketika mereka mencapai kematangan
seksual. Selama ini mereka tidak memiliki kontak seksual dengan perempuan.
Meskipun laki-laki Sambian melaporkan kenikmatan kegiatan homoseksual muda
mereka, ketika mereka cukup umur untuk menikah, hampir semua laki-laki Sambian
lebih memilih untuk memiliki hubungan seksual dengan perempuan secara
eksklusif. Pengalaman pria Sambian menunjukkan bahwa seseorang tidak belajar
untuk menjadi homoseksual hanya dengan memiliki pengalaman homoseksual sebagai
pemuda. Konsisten dengan pandangan ini, hanya sebagian kecil orang dalam
Amerika Serikat yang memiliki pengalaman seksual muda dengan orang berjenis
kelamin sama mengembangkan identitas homoseksual di masa dewasa.
Kebanyakan
psikolog sekarang percaya bahwa pengalaman belajar sosial yang penting dalam
pengembangan homoseksualitas, tapi hanya dalam kombinasi dengan faktor biologis
penting. Beberapa macam penelitian telah memberikan bukti yang konsisten dengan
(tetapi tidak membuktikan) hipotesis ini:
1. Studi
kembar menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi beberapa individu
untuk homoseksualitas (Kendler & lain, 2000; Santtila & lain-lain,
2008). Jika salah satu kembar homoseksual, yang lain lebih mungkin homoseksual
jika kembar identik (mereka berbagi genetik yang sama) daripada jika kembar
fraternal (mereka berbagi setengah gen mereka rata-rata)
2. Ada
bukti bahwa tingkat atipikal beberapa hormon seks selama perkembangan janin
meningkatkan kemungkinan homoseksualitas (Lippa, 2003; Meyer-Bahlburg &
lain-lain, 1995).
3. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa laki-laki gay lebih cenderung memiliki lebih dari
satu lebih tua saudara laki-laki, karena laki-laki kemudian lahir yang terkena
tingkat rendah testosteron prenatal, ini bisa mencerminkan pengaruh hormonal
pada homoseksualitas laki-laki. Yang menarik, namun, urutan kelahiran dan
persentase saudara laki-laki atau perempuan yang tampaknya tidak berhubungan
dengan kemungkinan homoseksualitas perempuan.
4. Ada
bukti bahwa kaum homoseksual berbeda dengan jumlah heterosexsuals di wilayah
yang sama dari hipotalamus dan struktur otak lain yang berbeda antara pria dan
wanita. Dengan demikian, tampaknya, dalam hal yang terbatas sedikit, otak
homoseksual menyerupai otak orang heteroseksual dari jenis kelamin yang lain
lebih dari orang-orang heteroseksual seks mereka sendiri.
Hormon mengatur otak beberapa orang dengan cara yang
meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan homoseksual. Karena perbedaan dalam
struktur otak tidak jelas sampai masa pubertas dini, bagaimanapun, mungkin
bahwa perbedaan struktur otak bisa menjadi hasil dari perbedaan pengalaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Lahey,
B.B. 2005. Psychology: An Introduction.
11th. New York: McGraw-Hill