THREE
STAGES OF MEMORY: An information-Processing View
Memori memiliki arti yaitu kemampuan untuk
menyimpan informasi. Memori merupakan salah satu daerah yang paling aktif dalam
penilitian psikologi kognitif. Atkinson & Shriffin mengembangkan suatu
tahapan ingatan yang dikenal dengan Three-Stage Model of Memory yang
membagi ingatan manusia atas 3 komponen utama, yaitu: sensory register, short-term memory (memori jangka
pendek), dan long-term memory (memori jangka panjang).
1.Sensory Register
Merupakan tahap awal memori, tempat menerima
sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang cukup
singkat, tidak lebih dari dua detik. Apabila tidak terjadi proses pada
informasi yang diterima dalam register sensori, maka akan mengakibatkan
informasi akan mudah hilang. Informasi pada register sensori tidak dapat
bertahan lama (George Sperling, 1960).
Kita memproses lebih banyak
rangsangan pada tingkat sensoris daripada
yang kita sadari. Ingatan
sensoris memperoleh informasi ini dari indra, termasuk proporsi terbesar
mengenai apa yang kita
abaikan. Namun, ingatan sensoris tidak mempertahankan informasi ini untuk waktu
yang lama. Memori echoic (echoic dari asal kata echo) adalah nama yang
diberikan untuk ingatan sensoris auditorio, yang dipertahankan hingga beberapa
detik. Memori iconic (iconic dari asal kata icon yang berarti
“gambar”) adalah nama yang diberikan untuk ingatan sensoris visual, yang hanya
dipertahankan selama sekitar seperempat detik. Ingatan sensoris visual yang
bertanggung jawab terhadap kemampuan kita “menulis” di udara dengan menggunakan
kembang api pada suatu perayaan, memori
iconic yang tersisalah yang membuat titik bergerak cahaya terlihat seperti
sebuah garis. Ingatan sensoris dari indra yang lain seperti penciuman atau
peraba masih mendapatkan perhatian yang sedikit dalam penelitian ilmiah.
2. Short-Term
Memory
(Memori Jangka Pendek)
Merupakan tahapan kedua dari memori, dimana lima
sampai sembilan informasi dapat disimpan dalam periode yang sangat singkat, dan
juga merupakan proses penyimpanan memori sementara (working memory), karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan
selama informasi itu masih dibutuhkan. Ada saat ketika kita mengingat informasi
lain, maka informasi yang kita terima sebelumnya akan hilang. Contohnya seperti
mengingat nomor telepon. Ingatan jangka pendek juga mencakup pemikiran
sehari-hari kita mengenai orang lain.
-
Chunking (pengelompokan
unit-unit)
merupakan interaksi yang sangat penting
antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang, dapat terjadi pada
kegiatan rentang ingatan (memory span
tasks).
-
Rehearsal merupakan
proses mengulang kembali suatu info untuk mempertahankannya agar tersimpan
lebih lama di dalam STM (memori jangka pendek).
3. Long-Term
Memory
(Memori Jangka Panjang)
Merupakan
jenis ingatan yang relatif permanen menyimpan jumlah informasi yang luar biasa
besar untuk jangka waktu yang lama. Reed (2007) membagi long-term memory ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Procedural Memory (Memori
Prosedural)
Ingatan akan
tindakan, keterampilan, dan pengoperasian yang dipelajari, seperti individu
tahu cara bagaimana bersepeda meskipun ia telah lama tidak menggunakan sepeda,
bagaimana cara mengupas apel dan bagaimana cara memakan apel tersebut.
b. Semantic Memory (Memori
Semantik)
Ingatan yang
berisi pengetahuan umum dan fakta-fakta, contohnya ingatan mengenai ibukota
dari suatu negara, dan sebagainya.
c. Episodic Memory (Memori
Episodik)
Ingatan mengenai
pengalaman yang spesifik, mengingat kapan, dimana dan bagaimana peristiwa itu
terjadi.
3.1.
Organization in Long-Term Memory
Cara
pengorganisasian memori pada STM dan LTM sangatlah berbeda. Pada STM yang
memiliki kapasitas memori yang terbatas, kita dapat mengorganisasikan suatu informasi
dengan cara mengelompkkannya menjadi suatu kelempok informasi yang lebih besar.
Pada LTM yang mempunyai kapasitas memori yang tak terbatas dan informasi yang tersimpan sangat banyak, sehingga
perlu diorganisir melalui beberapa cara.
Pengorganisasian
memori pada LTM dikenal dengan associative
network oleh beberapa pakar. Menurut pandangan associative network , ingatan-ingatan saling terhubung satu sama
lainnya melalui pengalaman.
Contoh:
Ketika kita mendengar suatu lagu spesial yang mengingatkan kita pada suatu hal
yang pernah terjadi di masa lampau. Lagu tersebut merupakan associative network.
Pada
teori associative network juga
dikenal spreading activation model, dimana
spreading activation model merupakan
suatu usaha untuk menjelaskan prosses suatu informasi. Menurut Collins dan
Loftus kita membentuk suatu hubungan antara beberapa konsep dengan
karakteristiknya berdasarkan pada pengalaman kita.
Ingatan Jangka Panjang (LTM) dan Ingatan Jangka Pendek (STM) memiliki 4
perbedaan yang utama, yaitu :
1. Informasi yang tersimpan di Long-Term Memory dapat kita
ingat kembali dengan menggunakan petunjuk-petunjuk atau isyarat-isyarat
tertentu. Hanya informasi yang sesuai dengan petunjuk tersebut yang dapat kita
ingat, misalnya lagu yang mengingatkan kita pada kisah cinta terdahulu, dsb,
berbeda dengan Short-Term Memory, dimana informasi bisa kita tinjau secara
keseluruhan.
2. Kita bisa mengingat kembali informasi yang tersimpan di
STM dengan pengalaman-pengalaman yang dilakukan oleh fisik kita, seperti
melihat, melakukan sesuatu, merasa dengan kulit, mencicipi rasa, mendengar, dan
sebagainya. Kita melakukan recall
tersebut dengan kode akustik. Berbeda dengan STM, Long-Term Memory menyimpan
informasi dalam bentuk maknanya dapat disebut juga dengan kode semantik.
3. Pada STM, informasi dapat hilang apabila informasi
tersebut tidak diulang maupun tidak diproses. Sedangkan, pada LTM, informasi
yang disimpan cenderung permanen. Bahrick (1984) meneliti ingatan individu
mengenai bahasa Spanyol yang dipelajari pada 50 tahun yang lalu. Hasilnya, para
partisipan mengingat sebagian besar pengetahuan mereka mengenai bahasa Spanyol
meskipun bahasa tersebut dipelajari 50 tahun yang lalu. Meskipun sudah ada
penelitian mengenai permanensi informasi pada LTM, tapi banyak juga psikolog
yang meragukan permanensi informasi pada LTM ini. Jika informasi pada LTM
bersifat permanen, maka lupa bisa terjadi di LTM bukan karena memori tersebut
terhapus, melainkan karena kita tidak mampu untuk memperoleh ingatan tersebut
dengan berbagai alasan (Baddeley, 1999).
3.2. Retrieval Of Long Term
Memory
Three ways of testing retrieval : Recall,
Recognition, and Relearning
Dalam menggunakan metode recall, seseorang akan diminta untuk menarik kembali informasi
dengan diberikan beberapa tanda/petunjuk/isyarat. Misalnya, siapa yang Jokowi
kalahkan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012? Ini adalah metode recall untuk menilai memori anda untuk
informasi atau fakta tersebut.
Dalam metode recognition,
seseorang akan diminta untuk mengenali informasi yang tepat dari berbagai
alternatif yang ada. Misal :
Di tahun 2012, Jokowi mengalahkan..........untuk
menjadi Gubernur DKI Jakarta
a) Sofyan
Tan
b) Rahudman
c) Gus
Irawan
d) Fauzi
Bowo
Secara
umum, kita lebih bisa mengingat lebih jika di-tes dengan metode recognition dibanding recall. Karena recognition memberikan lebih banyak petunjuk untuk mengembalikan
ingatan di Long Term Memory (LTM).
Yang
ketiga, metode relearning. Pada
metode ini kita mempelajari ulang suatu informasi yang telah kita pelajari
sebelumnya. Apabila waktu yang kita perlukan untuk mempelajari informasi
tersebut lebih singkat dari pada sebelumnya, ini menunjukkan bahwa informasi
tersebut telah kita ingat.
Serial Learning. Terkadang
penting untuk mengingat suatu urutan dari proses atau sesuatu hal. Akan sangat
tidak berguna jika kita ingat langkah menjinakkan bom tapi tidak ingat urutan
penjinakan bom tersebut. Penarikan
informasi dari suatu daftar rangkaian seringkali lebih baik saat di awal dan di
akhir dibandingkan urutan di tengahnya. Ini disebut serial position effect. Bisa jadi ini dikarenakan perbedaan antara short term dan long term memory. Hal yang terakhir diingat dengan baik bisa jadi
dikarenakan hal tersebut masih tersimpan di STM, sementara hal pertama bisa diingat dengan baik karena ada banyak
waktu untuk memasukkannya ke LTM.
4.Level of Processing :
An Alternative to the Stage Model
Fergus Craik dan Robert Lockhart (1972) menyatakan
bahwa Levels of processing merupakan
suatu alternatif tingkatan memori untuk membedakan antara LTM dan STM
berdasarkan tingkatan yang didasarkan pada informasi yang diproses.
Daya tahan penyimpanan informasi tergantung pada
bagaimana pengelolaan informasi dan encoding
dari memori tersebut. Suatu informasi akan di simpan sebentar apabila
informasi itu diproses sebentar (shallow
level) tapi akan disimpan lebih lama apabila informasi tersebut diproses
lebih lama (deeper level). Tahapan
proses Craik dan Lochart membuktikan bahwa individu yang memproses suatu
kata/informasi dengan memikirkan pemaknaannya bisa lebih banyak menarik(me-recall) informasi tersebut, bukan karena
diletakkan di memori yang berbeda (STM vs LTM) tapi karena informasi diproses
lebih mendalam dan menjadi lebih mudah diingat kembali.
4.1. Deep Processing
and Survival Value
Ada bukti bahwa
penarikan informasi meningkat jika kita memproses daftar informasi dengan lebih
mendalam dengan memikirkan relevansi terhadap keberlangsungan hidup kita
(Nairne & others, 2008;Nairne & Pandeirada, 2008). Ada satu penelitian
yang memperlihatkan hal tersebut. Dua grup diberikan instruksi yang berbeda
dengan daftar kata-kata yang akan diingat.
Elaboration and Deep
Processing
Elaborasi adalah proses
membuat memori yang baru bersatu dengan memori yang sudah ada. Melalui deep processing (Ellis, 1987;Ellis &
Hunt, 1993).Contohnya pada saat kita membaca suatu paragraph sebuah buku dan
hanya memerlukan waktu yang cukup singkat untuk memahaminya karena berhubungan
dengan bahan bacaan yang telah di pelajari sebelumnya. Ini merupakan suatu
elaborasi memori dimana kita dapat menghubungkan ingatan kita pada bab
sebelumnya dengan paragraph yang sedang kita baca.
FORGETTING
AND WHY IT OCCURS
1. Decay
Theory
Berdasarkan
Decay Theory, ingatan yang tidak
digunakan akan menghilang secara berangsur-angsur setiap waktu. Suatu ingatan
akan bertahan jika suatu informasi tersebut dikirimkan ke bagian LTM. Lupa
seolah-olah hanya terjadi dikarenakan tidak digunakannya ingatan setiap saat, tetapi sebenarnya lupa juga disebabkan oleh
faktor lain yaitu interference yang membuat ingatan tidak kembali lagi.
2. Interference
Theory
Interference theory
adalah suatu teori yang menyatakan bahwa lupa terjadi bukan karena adanya
ingatan yang hilang, melainkan karena adanya informasi lain yang mirip yang
kemudian menghambat informasi yang telah ada sebelumnya untuk diingat.
Diperkuat oleh penelitian dari Delos Wickens dan rekan rekan (1963) yang
hasilnya menyatakan gangguan/interference
datang dari memori yang terbentuk sebelum
mempelajari hal yang lebih terbaru. Penghafalan sebelumnya dari materi-materi
yang mirip menyebabkan gangguan terhadap penarikan informasi yang paling baru.
Gangguan juga bisa datang dari memori yang terbentuk setelah menghafal sesuatu. Psikolog juga membagi interference dalam dua kategori, yaitu :
Pro-active
Interference adalah suatu gangguan yang terbentuk karena pembelajarang
sebelumnya. Jadi, interference-nya adalah hal yang pertama
dipelajari/dihafal/diingat, ingatan lama mengganggu ingatan yang baru.
Retroactive
Interference adalah suatu gangguan ingatan yang
muncul dari pembelajaran yang baru. Jadi, interference-nya
adalah hal terakhir yang dipelajari/dihafal/diingat, ingatan yang terakhir
mengganggu ingatan yang lebih lama.
3. Reconstruction
(Schema) Theory
STM
dan LTM ditangani oleh bagian yang berbeda di dalam otak kita. STM difungsikan
oleh frontal lobes yang ada pada cerebral cortex. Pada LTM, informasi
digabungkan dulu di hipocampus, lalu
ditransferkan ke area cerebral cortex.
Reconstruction (Schema) Theory pertama dikemukakan oleh Sir Fredric Bartlett
(1932) yang menjelaskan bahwa lupa bukanlah hilangnya informasi dari LTM,
melainkan informasi yang di recall dengan potongan acak dan salah
(Schachter,1999). Schema adalah jaringan asosiasi yang terdiri dari
kepercayaan,pengetahuan dan ekspektasi. Schema ini adalah yang menyusun kembali
potongan memori yang kita recall. Beberapa eksperimen terkait distorsi memori
berdasarkan teori Rekonstruksi mendapatkan bahwa seiring dengan bertambahnya
pengalaman , memori kita bisa berubah, dalam studi oleh Hogan & Walter
(1932) yang memberikan gambar stimulus ambigu dengan label kata kata. Ketika
diminta untuk me recall objek yang dilihat, kebanyakan peserta me recall gambar
ambigu tersebut dengan penyesuaian pada label yang diberikan. Distorsi memori
terjadi saat proses recall dilakukan (Reynolds & Flagg,1983). Dalam
beberapa tahun terakhir , teori rekonstruksi menjadi perhatian dan semakin detail
dalam mempresentasikan pandangannya mengenai memori beberapa versi detail
tentang rekonstruksi memori adalah melibatkan konsep episodic dan semantic
memory. Teorinya adalah informasi di LTM terdistorsi karena LTM menyimpan
meaning lebih baik dari episodic. Kita me recall suatu memori secara umum, dan
mungkin kita akan menambah atau mengurangi detail memori kita secara tidak
sadar, agar sesuai dengan schema kita (Brainerd & Schachter,1999).
Eksperimen lain oleh Roediger dan
McDermorr (2000) membuat list kata kata yang berasosiasi sangat kuat dengan
kata tidur. Ketika partisipan diminta untuk me recall kata kata tersebut,
kebanyakan mengingat kata tidur, padahal kata tidur tidak ada di list kata yang
sebelumnya. Hal ini disebut False memory
kita mengingat seseuatu yang tidak ada. False memory adalah bentuk error
rekonstruksi yang paling utama. Beberapa insight lain mengenai teori ini adalah
beberapa orang memang rentan mengalami false memory (Clancy & Others,2002)
dan menurut Bartlett (1932) memori adalah rekonstruksi imajinatif dari
pengalaman yang dipandu oleh schema.
4. Motivated Forgetting
Motivated forgetting adalah konsep
yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang menyatakan bahwa kadang kita sengaja melupakan suatu kejadian karena
ingatan tersebut mengancam kita. Hubungan antara emosi dan memori itu kompleks
namun beberapa bisa kita konfirmasi. Bock dank linger (1986) menemukan bahwa
orang orang lebih mampu me recall suatu memori yang memiliki komponen emosi positif
yang menyenangkan atau membahagiakan ketimbang memori yang memiliki komponen
emosi negatif. Sementara event dengan komponen emosi netral memiliki recall rate yang paling buruk. Jadi
jelas bahwa emosi dalam level tertentu dapat menguatkan suatu memori. Beberapa
detail lain seperti, emosi cenderung mengarahkan kita untuk mengingat situasi
dan suasana ketimbang konteks dari suatu event (Bushman & Phillips,2001).
5. Human Diversity: Cultural Circumstances and Memory Skills
Apakah ada perbedaan budaya terkait
memori dan strategi memori kita? Psikolog Judith Kearins (1986) merumuskan
hipotesa bahwa anak aborigin Australia lebih baik dalam memori visual ketimbang
anak kulit putih Australia. Dia berargumen bahwa skill memori visual yang baik
harus dimiliki oleh anak aborigin , karena mereka bisa bertahan di alam liar
Australia.
Dalam eksperimennya diketahui bahwa
anak aborigin memiliki kemampuan memori visual yang lebih baik dari anak kulit
putih ketika objeknya natural (tulang, bulu, ranting kayu) namun, hasil anak
kulit putih lebih baik jika objeknya hasil manufaktur ( penghapus,bola,) tapi
anak aborigin tetap memiliki performa baik di keduanya. Judith juga menemukan
bahwa strategi mengingat kedua etnis itu berbeda, anak kulit putih banyak
menggunakan verbal cues dalam
mengingat objek, dan dalam melakukannya, banyak bergerak dan terburu buru.
Sementara anak aborigin lebih tenang dan berkonsentrasi , tampaknya mereka
lebih mengandalkan visual cues dan
berfokus pada memori visual dalam kegiatan mereka sehari hari.
BIOLOGICAL BASIS OF MEMORY
1. Synaptic Theories Of Memory
Beberapa
perubahan fisik berlangsung di dalam sistem saraf ketika kita mempelajari
sesuatu yang baru (Baddeley, 1998; McGaugh, 1983). Seorang peneliti
memori, Karl Lashley menyebutkan bahwa sesuatu yang tersisa setelah belajar merupakan dasar
biologis dari memori (engram adalah istilah
untuk jejak memori di dalam otak). Pencarian untuk engram ini
terbukti menjadi teka-teki paling membingungkan buat para ilmuwan dan psikolog
yang tertarik untuk mempelajari memori dalam menentukan dasar ilmiah
saraf tentang pembentukan memori.
Menurut
peneliti asal Kanada, Donal Hebb (1949) synaptic facilitation adalah dasar biologis dari
belajar dan mengingat. Synaptic
facilitation merupakan proses aktivitas saraf yang menyebabkan
perubahan struktural dalam sinapsis yang memfasilitasi
pembelajaran dan memori. Contohnya adalah pengalaman unik kita yang
menyebabkan berubahnya struktur sinaptik.
Eric
Kandel meraih hadiah
nobel dalam bidang kedokteran dan fisiologi untuk penelitiannya mengenai
peran perubahan dalam sinaptik saraf di dalam memori. Penelitian ini
dilakukan melalui percobaan pintarnya pada siput laut (aplysia ).
Siput laut dipilih untuk penelitian memori sebagai classical conditioned response,
karena memiliki komposisi sistem saraf yang sederhana dan neuron yang sangat
lebar sehingga memudahkan penelitian. Cara penelitiannya menggunakan kondisi
klasikal, yaitu:
Siput + disentuh (CS) à tidak menarik insang dan menyedot air
Siput laut + sentuhan (CS) + sengatan listrik ringan (UCS) à
menarik insang dan menyedot air (UCR)
Siput + sentuhan (CS) à menarik insang dan menyedot air
(CR).
Perubahan
pada sinapsis ini disebabkan oleh pengkondisian klasik yang di pelajari dengan
mengukur hubungan saraf yang terlibat dalam penarikan insang dan
penyedotan. Pada penemuan ini, obat-obat yang mengganggu sintesis protein
menghambat pembentukan memori melalui
pengkondisian klasik dalam siput laut.
2. Stages Of Memory and the Brain
Hasil
penelitian tentang peran otak dalam memori mengungkapkan dua cara di mana STM
dan LTM berbeda, yaitu: (1) perbedaan
peran perubahan sinaptik, dan (2) perbedaan dalam struktur otak yang terlibat
dalam STM dan LTM.
Tahap-tahap memori dan otak :
1. Thalamus
: Informasi visual pertama kali diarahkan melalui
hipotalamus menuju daerah visual korteks cerebral.
2. Informasi
kemudian disampaikan ke lobus frontal dan parietal tempat terjadinya STM.
3. Informasi yang disimpan dalam memori jangka
panjang ini kemudian di simpan dalam hippocampus selama beberapa minggu atau bulan dan
kemudian di pindahkan ke daerah korteks serebral untuk
pemrosesan penyimpanan jangka
panjang.
4. Ketika
kita memanggil kembali dari LTM, memori akan berotasi kembali ke lubus frontal
dan parietal ditempat terjadinya memori jangka pendek (working memory).
3. Amnesia (Gangguan Ingatan)
Amnesia
adalah gangguan utama pada memori yang menarik perhatian kita karena merupakan
suatu kondisi yang penting dan yang memberitahu kita tentang dasar biologis
memori. Amnesia dibagi menjadi dua yaitu Retrograde Amnesia dan Anterograde
Amnesia.
a. Retrograde Amnesia
Retrograde
Amnesia merupakan gangguan karakteristik memori karena ketidakmampuan mengambil
ingatan lama jangka panjang atau hilangnya ingatan terhadap peristiwa yang
terjadi sebelum insiden itu tejadi. Artinya, gangguan ini dapat membuat si
penderita menjadi lupa terhadap semua kejadian yang dikenal atau telah dialami
sebelum peristiwa yang menyebabkan amnesia. Seperti halnya yang dialami oleh
Lady Diana pada waktu kecelakaan mobil. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya
terjadi karena hanya ada satu orang yang selamat dari kecelakaan itu namun
menderita geger otak sehingga tak bisa mengingat apa yang terjadi di menit
sebelum kecelakaan. Pada amnesia retrograde, biasanya ada gangguan sedikit pada
STM dan individual dapat menciptakan memori baru jangka panjang selama periode
setelah amnesia. Banyak penelitian percaya bahwa retrograde amnesia terjadi
karena adanya gangguan terhadap otak seperti kejang, pukulan pada kepala, dan
peristiwa yang sangat mencekam atau menegangkan.
b. Anterograde Amnesia
Gangguan ingatan yang menyebabkan
penderita tidak mampu untuk menyiimpan (store) dan mengingat (retrieve) informasi baru
dari Long Term Memory. Secara biologis, dijelaskan bahwa hippocampus memegang
peranan penting dalam mentransfer informasi dari Short Term Memory (STM) ke
Long Term Memory (LTM) yang terganggu.
Seorang penderita mampu mengingat procedural memories yang berupa persepsi dan
gerak motorik, tapi tidak mampu mengingat declarative memory (yaitu gabungan antara
episodic dan semantic memory)
setelah gangguan ini muncul
akibatnya si penderita tidak mampu mengingat nama teman yang baru dia temui
setelah gangguan itu muncul. Hal ini
menunjukan bahwa hippocampus berperan dalam declarative memory tapi tidak
dengan procedural memory. Gangguan ini muncul dapat disebabkan oleh tumor otak
, kekurangan oksigen dalam otak, rusaknya pembuluh darah dalam otak, pikun,
kurangnya posokan nutrisi di otak, dan benturan yang kuat pada kepala pada
kasus tertentu (meski dapat sembuh dalam kurun waktu tertentu).
c.
Korsakoff`s Syndrome
Merupakan
gabungan antara antrograde dan retrograde amnesia, dimana penderita tidak mampu
untuk mengingat informasi dalam Long Term Memory (LTM) sebelum dan sesudah gangguan ini muncul.
Gangguan ini umumnya disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan dan dalam
jangka waktu yan lama. Penderita gangguan ini akan kehilangan banyak memorinya,
mereka biasanya sulit untuk menjelaskan suatu hal dengan lengkap.
Daftar Pustaka
Lahey, Benjamin. 2007 Psychology
: An Introduction. New York. McGraw Hill.
No comments:
Post a Comment