INTELLIGENCE:
THE SUM TOTAL OF COGNITION
A. PENGERTIAN INTELEGENSI
Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan.
Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan,
dan kesuksesan. Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah
berbeda. Ini dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada
faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu sendiri. Seperti kreatif, kata kecerdasan dapat diterapkan pada sebuah perilaku
tertentu ataupun orang. Kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang memutuskan
berhenti merokok telah membuat pilihan cerdas. Ketika digunakan untuk
menjelaskan orang, kecerdasan (intelligence) mengacu pada
perbedaan individual dalam keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah
dan dalam kemampuan-kemampuan penting lainnya. Ini berarti dalam psikologi,
kecerdasan dipahami sebagai sesuatu yang relatif menetap dan digunakan sebagai
dasar perbandingan antar individu. Inteligensi mengacu pada keterampilan-keterampilan pemecahan masalah
dan kemampuan menyesuaikan diri dari pengalaman hidup sehari-hari.
B.
PERBEDAAN
PANDANGAN TENTANG INTELIGENSI
1.
Inteligensi:
Kemampuan Umum atau Khusus?
Dalam
satu sudut pandang, kecerdasan merupakan faktor umum yang tunggal , jika kita
umumnya cerdas, kita lebih cenderung untuk memiliki kemampuan mekanik yang
kuat, musik, seni, dan jenis lain dari kemampuan. Arti pandangan ini bahwa
faktor umum kecerdasan mendasari masing-masing kemampuan yang lebih spesifik
dan diperkenalkan oleh Charles Spearman. Menurut Charles Spearman inteligensi
itu terbagi 2 yaitu Inteligensi umum (g) dan inteligensi khusus (s).
Inteligensi umum (g) adalah kemampuan umum seseorang sedangkan inteligensi
khusus (s) adalah kemampuan khusus seseorang misalnya kemampuan bermusik.
Psikologi lain juga mempunyai bantahan bahwa intelegensi bukan sebuah kemampuan
tunggal tetapi sebuah koleksi dari banyak kemampuan-kemampuan spesifik yang
terpisah. Psikologi membuat sebuah penanganan besar fakta sebagian besar kita
jauh lebih baik dalam beberapa kemampuan kognitif dari pada yang lain. Louis
Thurstone (1938) sebagai contoh berkembangnya sebuah alternative untuk test
inteligensi umum disebut Primary Mental
Abilities Test, yang mengukur 7 kemampuan intelektual.
Howard Gardner
membantah bahwa ada banyak jenis dari Inteligensi. Gardner menjadi yakin bahwa
ada hal yang terpisah dari Inteligensi antara lain dengan mempelajari pasien
yang menderita kerusakan otak . Dia menemukan bahwa individu kehilangan
beberapa dari kemampuan intelektual jenis lain sedangakan jenis inteligensi
lainnya dibiarkan utuh. Hal ini menyarankan kepadanya bahwa tipe inteligensi
yang berbeda dimediasikan oleh bagian otak yang berbeda. Gardner juga
mempelajari kemampuan menarik dari seorang individu dengan Savant Syndrome. Yang mana individual mempunyai inteligensi umum
yang rendah tapi menunjukkan kemampuan yang luar biasa di dalam seni, musik
ataupun aritmatika. Sebagai sebuah hasil dari investigasinya, Gardner mempunyai
pendapat bahwa ada 8 tipe independent inteligensi :
1.
Bahasa ( verbal )
2.
Logika matematika
3.
Musik
4.
Artistik
5.
Gerakan ( atletik)
6.
Interpersonal (
kemampuan sosial )
7.
Intrapersonal (
penyesuaian diri )
8.
Inteligensi alami (
pemahaman sifat )
Selain
dari Gardner, Robert J. Stenberg juga mengembangkan teori inteligensi triarkis yang menyatakan bahwa kecerdasan muncul dalam
bentuk majemuk spesifiknya terdiri dari 3 bentuk yaitu :
1.
Analistis : kemampuan
untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan dan mempertentangkan.
2.
Kreatif : kemampuan
untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan dan mengimajinasikan.
3.
Praktis : kemampuan
untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan dan mempraktikan.
Teori
tentang inteligensi yang dikemukakan oleh Gardner dan Robert J. Stenberg yang
terkenal dengan teori multiple inteligensi. Banyak psikolog percaya bahwa ada
kebenaran antara pandangan-pandangan, hal itu mungkin benar bahwa sebuah faktor
umum yang mendasari semua inteligensi, tetapi orang dapat menjadi kuat di dalam
area spesifik dan lemah dalam hal yang lain.
2.
Dasar
Biologi untuk Inteligensi Umum
Baru-baru
ini, sebuah penanganan besar sudah ditulis tentang g atau inteligensi umum. Konsisten dengan ide dari inteligensi
umum. Jelas bahwa gen-gen sama mempengaruhi banyak aspek spesifik dari
inteligensi. Jadi apa itu g?? Teori
yang berlaku adalah orang-orang dengan g yang tinggi mempunyai kemampuan lebih
besar untuk membentuk sambungan saraf antara akson dan dendrit di dalam otak.
Yaitu ketika di stimulasi oleh lingkungan, beberapa orang mereka yang g nya tinggi adalah lebih mungkin untuk
membentuk sambungan saraf yang baru daripada orang-orang yang lain. Sebagai
hasilnya, orang dewasa dengan inteligensi umum yang lebih tinggi mempunyai
sambungan saraf yang lebih baik. Kemampuan lebih besar untuk membentuk
sambungan saraf dihipotesiskan yang menyebabkan kecerdasan umum lebih baik
dalam 2 cara :
1.
Kemampuan lebih besar
untuk membentuk sambungan saraf berarti bahwa seseorang dengan g yang tinggi memilik kemampuan lebih
baik untuk belajar dari pengalaman.
2.
Keterkaitan yang besar
dari saraf memiliki arti bahwa otak dapat memproses informasi lebih cepat.
Orang-orang dengan g yang tinggi
mempunyai reflex yang lebih cepat, mempunyai reaksi yang lebih cepat dan hemat
waktu dalam membuat penilaian yang sederhana. Kecepatan yang lebih dari proses
berpikir adalah untuk menjadi dasar-dasar inteligensi umum yang lebih besar.
Kita akan melihat dalam seksi selanjutnya, namun faktanya bahwa banyak
inteligensi seseorang yang proses informasinya lebih cepat tidak berarti mereka
melakukan sesuatu lebih cepat di dalam tugas kognitif.
3.
Komponen
kognitif dari perilaku Inteligensi
Stenberg
sudah mengusulkan sebuah teori sementara dari inteligensi yang menentukan
langkah-langkah kognitif bahwa seseorang harus menggunakan penalaran dan
pemecahan dari beberapa masalah atau dalam hal sederhana, komponen kognitif
dari inteligensi. Perhatikan contoh berikut :
AIR
: HAUS
NASI
: ????
a.
BERAS
b.
LAPAR
Untuk
pemecahan masalah ini, Stenberg percaya bahwa kita harus melalui sejumlah tahap
kognitif. Diantara langkah-langkah tersebut, orang-orang harus melaakukan :
1.
Encode
( proses mental yang mewakili dalam sistem memory dalam beberapa bentuk yang
dapat digunakan) semua relevan infomasi tentang masalah. Dalam hal ini, orang
mungkin mengkodekan informasi terkait. Seperti contoh diatas individu
mengumpulkan informasi apabila haus maka manusia biasanya minum air. Dan begitu
juga air sudah dikodekan bahwa air adalah alat untuk penghilang haus.
2. Infer (menduga)
sifat hubungan antara istilah dalam masalah. Dalam hal ini, penting untuk
melihat bahwa ada hubungan antara air dan haus
3. Map atau
mengidentifikasi karakteristik umum di dalam pasangan elemen-elemen.
4. Apply (
berlaku ) mengidentifikasi hubungan.
5. Compare jawaban-jawaban
alternatif
6. Respon
antara jawaban. Dalam hal ini "Lapar"
Stenberg
berpendapat bahwa jalan ini kelihatan dalam inteligensi yang tidak lebih
memberikan kita cara yang nyaman untuk menggambarkan tahapan-tahapan dalam
pemikiran inteligensi. Dia memberikan kita sebuah kerangka kerja untuk
menemukan yang mana komponen-komponen paling penting dalam menentukan seseorang yang memiliki inteligensi lebih
dari yang lain.
4.
Fluid
and Crystallized Inteligensi
Seperti
yang kita pikir tentang inteligensi, Cattel (1905) Raymond Cattel membagi 2
jenis inteligensi :
1.
Inteligensi cair (
fluid intelligence)
2.
Inteligensi kristal
(crystallized intelligence)
Fluid Intelligence adalah kemampuan untuk
memproses informasi dengan cepat dan merancang strategi untuk masalah-masalah
baru. Disini fluid intelligence lebih
berbasis biologis. Kita akan lebih sulit mengajari hal-hal baru kepada orang
yang sudah tua dibanding yang masih muda. Contohnya dalam penggunaan handphone.
Itu dikarenakan inteligensi cair meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,
mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena faktor
biologis.
Crystallized intelligence adalah kemampuan
menggunakan informasi yang telah dipelajari dari proses pembelajaran dan
pengalaman hidup dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang sama. Crystallized
intelligence, fakta dan pengetahuan, terus meningkat tidak ada batasan maksimal
selagi manusia itu mau belajar. Crystallized intelligence terus berkembang
sampai usia 30-40 tahun. Itu adalah satu alasan mengapa pekerjaan menjadi
pemimpin ditujukan pada orang yang berusia 40 tahun ke atas.
C. PENGUKURAN INTELIGENSI
Dalam psikologi,
pengukuran intelegensi biasanya dicapai melalui pengukuran menggunakan tes
intelegensi atau biasa disebut dengan tes IQ. Salah seorang psikolog Prancis
sekaligus penemu pertama tes intelegensi adalah Alfred Binet yang dikenal
dengan Binet’s Test. Kemudian Lewis Terman banyak melakukan revisi yang
sekarang disebut Stanford-Binet Intelligence Scale. Beliau lah yang pertama
kali memperkenalkan konsep IQ. Tes yang sama juga dikembangkan oleh David
Wechsler, dikenal dengan Wechsler Preschool and Primary Scale
Intelligensce-Revised (WPPSI-R), Wechsler Intelligence Scale for Children,
4th.ed (WISC-IV) dan Wechsler Adult Intelligence Scale, Revised (WAIS-R).
Untuk
dapat membandingkan usia mental beberapa orang secara tepat, dibutuhkan tes IQ.
Tes IQ adalah angka yang merupakan nilai inteligensi seseorang yang didapat
dari hasil tes inteligensi. IQ ini diperoleh dari usia mental seseorang dibagi
dengan usia kronologisnya, lalu dikalikan 100. Intelligence Quotient (IQ)
adalah nilai numerik yang diperoleh dari hasil tes intelegensi.
Mental
Age (MA) adalah usia yang didapat dan didasarkan
dari hasil tes kecerdasan.
Chronological
Age (CA) adalah usia kalender.
Contoh :
Seorang anak mengikuti tes
intelegensi, usia anak tersebut adalah 9 tahun (Chronological Age). Dari hasil
tes, anak tersebut hanya mampu menjawab 20 item yang diberikan. Hasil tersebut
ternyata menunjukkan skor rata-rata yang mampu dicapai oleh anak-anak yang
berusia 8 tahun (Mental Age).
Maka IQ anak tersebut adalah:
= 89
Pembagian antara
Mental Age (MA) dan Chronological Age (CA) ini disebut IQ ratio. Deviasi IQ
adalah derajat penyimpangan dari
rata-rata skor tes intelegensi baik yang labih rendah ataupun yang lebih
tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam kurva distribusi normal.
Sebelumnya,
pendekatan Binet untuk menghitung IQ diperoleh dari IQ ratio, yaitu rasio
antara usia mental seseorang dan usia kronologisnya. Namun, IQ rasio tidak
digunakan lagi saat ini karena ada batasan yang signifikan mengenai konsep usia
mental. Misalnya, seorang anak yang berusia kronologis 4 tahun dengan IQ 150
memiliki usia mental 6 tahun. Namun, kemampuannya untuk menangani situasi-situasi
yang mengandalkan inteligensi tidak sebaik anak yang benar-benar berusia
kronologis 6 tahun.
Saat
ini, telah dikembangkan pendekatan baru untuk mengukur kemampuan intelektual
dengan menggunakan IQ deviasi, yaitu hasil IQ berdasarkan tingkat deviasi dari
skor rata-rata seseorang pada tes inteligensi. Skor kebanyakan orang yang
mengikuti tes inteligensi jatuh pada distribusi normal, yang berarti banyak
orang yang memperoleh skor rata-rata, atau skor yang mendekati rata-rata pada
tes tersebut. Jadi, skor yang terletak hanya beberapa poin di atas atau di
bawah skor rata-rata berarti lazim, sedangkan yang terletak jauh di atas atau
di bawah skor rata-rata berarti tidak lazim.
Characteristics
of Good Intelligence Test. Terdapat lima
kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu tes intelegensi, yakni:
1.
Standardization.
Karena tes intelegensi akan diberikan untuk membandingkan performance seseorag dengan yang lainnya, maka tes intelegensi itu
harus diberikan dengan cara yang sama kepada setiap orang. Untuk itu, setiap
tes intelegensi harus disusun dengan instruksi-instruksi yang detail dan
nantinya akan diadministrasikan oleh tester
kepada setiap orang dengan standardized yang
sama.
2.
Norms.
Untuk membandingkan skor setiap individu, orang-orang yang akan mengembangkan sebuah
tes intelegensi harus menguji coba tes ini kepada sampel yang besar yang
mewakili secara general.
3.
Objectivity.
Sebuah tes intelegensi harus dikonstruksikan dengan baik sehingga akan
mengurangi kebingungan saat menjawab tes intelegensi tersebut.
4.
Reliability.
Tes intelegensi harus reliabel. Artinya, skor yang diperoleh akan kurang lebih
sama ketika diberikan pada situasi yang berbeda atau diadministrasikan oleh dua
orang tester yang berbeda.
5.
Validity. Hal yang penting adalah bahwa sebuah tes
intelegensi harus dapat mengukur apa yang harus diukur. Apabila ingin mengukur
skala kecemasan maka item-item pertanyaan yang dibuat harus mengenai kecemasan
bukan hal yang lain seperti ketakutan. Karena kecemasan dan ketakutan memiliki
pandangan yang berbeda.
D. TACIT INTELLIGENCE
Tacit intelligence
adalah pengetahuan dan kemampuan praktis
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah dan
biasanya tidak dipelajari di sekolah.
Menurut Kathleen
Galotti (1990), kegunaan dari tacit
intelligence adalah untuk menilai penggunaan pengetahuan dan keterampilan
dalam menyelesaikan suatu hal. Sternberg dan Wagner (1993) mengembangkan
pengukuran dari tacit intelligence
yang terdiri dari beberapa skenario yang menggambarkan work-related situation dalam beberapa tugas. Orang-orang yang
mengikuti tes ini diminta untuk menilai kualitas dari beberapa solusi untuk
pemecahan suatu masalah.
Walaupun tacit intelligence cukup berbeda dengan
kompetensi kognitif yang diukur melalui tes-tes intelegensi. ada tiga fakta dimana
tacit intelligence berkaitan dengan
kecerdasan umum. Pertama, pada level intelegensi yang rendah, sangat jarang
untuk menemukan individu yang memiliki tacit
intelligence yang baik. Kedua, tidak mungkin orang yang terbatas dalam
intelegensi memiliki tacit intelligence yang
tinggi. Dan yang ketiga, meskipun orang-orang yang memiliki intelegensi yang
baik tidak selalu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam
bidang-bidang tertentu, namun mereka memiliki pengetahuan praktis yang baik
dalam area tertentu.
E. INDIVIDUAL DIFFENCES IN
INTELLIGENCE: CONTRIBUTING FACTORS
Mengapa ada
orang yang memiliki intelegensi yang lebih tinggi dari yang lainnya? Dari
penelitian yang telah dilakukan, dikatakan bahwa intelegensi itu dipengaruhi
oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan yang keduanya bersama-sama
menentukan level intelegensi.
Sebuah
penelitian mengatakan bahwa hereditas merupakan salah satu faktor yang penting
yang menentukan IQ seseorang. Hal ini ditunjukkan melalui penelitian yang
menunjukkan bahwa IQ seorang anak tidak jauh berbeda dengan IQ orangtua
biologisnya meskipun mereka tidak tinggal bersama atau tidak dibesarkan oleh
orangtua kandung mereka. Penelitian terhadap anak kembar juga semakin mendukung
bahwa hereditas menentukan IQ seseorang.
Selain itu,
lingkungan juga dikatakan turut mengambil peran yang penting untuk menentukan
IQ seseorang. Anak yang tinggal dilingkungan yang baik dan mendukung
perkembangan intelektual mereka akan memiliki intelegensi yang baik pula. Dan
sebaliknya, anak yang tinggal dilingkungan yang menolak mereka dan tidak
memberikan stimulus yang baik untuk perkembangan intelektual mereka maka akan
memiliki intelegensi yang tidak baik pula, namun hal ini akan berubah ketika
mereka dipindahkan ke lingkungan yang lebih baik.
F. THE IMPORTANCE OF
INTELLIGENCE IN MODERN SOCIETY
Hasil skor tes
intelegensi sangat penting untuk mempediksi seberapa bagus dan sampai dimana
batas kemampuan individu tersebut. orang-orang yang memiliki intelegensi yang
lebih tinggi cenderung lebih mudah mengikuti proses belajar di sekolah,
mendapatkan nilai yang bagus, dan cepat juga menyelesaikan pendidikannya.
Rata-ratanya untuk seorang pengemudi truk IQ nya sekitar sedikit dibawah 100
sedangkan IQ rata-rata seorang dokter dan kuasa hukum adalah 125. Sedangkan
spektrum IQ 85 ke bawaqh (15 % dari populasi dunia) banyak yang hidup dalam
kemiskinan, pengangguran, rumah tangga yang bermasalah, dan pelaku
kriminalitas.
Untuk dapat
bekerja dengan lebih baik, diperlukan intelegensi. ada 3 alasan pentingnya intelegensi
tersebut, yaitu :
1.
Banyak pekerjaan yang
tersedia hanya untuk orang lulusan perguruan tinggi atau sederajat, dan orang
orang yang memiliki intelegensi yang tinggi cenderung dapat memenuhi syarat
pendidikan (karena sebagian besar tes mengukur intelegensi dalam penerimaan pekerja).
2.
Hanya sedikit waktu
yang dibutuhkan orang-orang yang memiliki intelegensi yang tinggi untuk belajar
dan memiliki keahlian yang lebih dari orang yang memiliki intelegensi yang
lebih rendah. Namun, jika pekerjaan tertentu memiliki keterampilan yang cukup
baik dan tidak rumit , intelegensi tidak mempengaruhi suksesnya dalam bekerja,
terlebih jika individu tersebut tekun
sudah menekuni terlebih dahulu.
3.
Orang dengan
intelegensi yang tinggi cenderung melakukan pekerjaan dengan mudah dan baik,
terutama jika mereka melibatkan pertimbangan dalam mengubah situasi dan pengetahuan
yang selalu diperbaharui (contoh : dokter, pengacara, para ilmuwan, insinyur;
dan programer computer, dll).Bahkan dalam pekerjaan, yang non-profesional dengan tingkat
intelegensi lebih mungkin untuk dipromosikan ke dalam pekerjaan yang lebih
kompleks dari orang-orang dengan tingkat intelegensinya di bawah mereka.
G. ARE PEOPLE BECOMING
MORE INTELLIGENT?
James flynn (
1998 2003 ) dari universitas otago di selandia baru telah menunjukkan bahwa
rata-rata skor pada tes intelegensi telah meningkat dalam beberapa generasi
sebelumnya. Kenaikan tersebut dikenal sebagai “Flynn Effect “.Di banyak negara
di dunia, ada bukti kuat yang nilai intelijen meningkat secara dramatis atas
beberapa generasi sebelumnya. Ketika diuji di usia yang sama yang menggunakan
tes yang sama, orang yang lahir terlebih
dahulu sedikit menjawab pertanyaan dengan benar dari orang generasi baru.jadi,
hal ini menunjukkan bahwa orang yang
lahir di generasi baru ini memiliki
tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari generasi sebelumnya.
Laju kenaikan nilai tes dari intelengensi orang
dewasa umumnya (Fluid dan Crystallized intelegence) seperti Stanford-Binet dan Wechsler intelligence scales ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Kenaikan besar
yang sangat mengejutkan. Data yang diuji yang mengukur Fluid Intelligence yang menunjukkan intelegensi naik sekitar 20
poin per angkatan setiap 30 tahun. Bukti paling menonjol dari perubahan Fluid
Intelligence berasal dari Raven
Progressive Matrices Test. Dalam tes ini , orang yang disajikan dengan
sejumlah matriks nonverbal yang semakin sulit untuk memecahkan masalah.
Ada empat
penjelasan yang masuk akal yang dapat menjelaskan kenapa intelegensi meningkat
dari generasi ke generasi, yaitu :
1.
Intelegensi yang
meningkat dari masa ke masa , otomatis secara langsung juga gizi dan kesehatan meningkat secara drastis
dalam di negara-negara yang ada di dunia ini. Pada kenyataannya benar bahwa pada saat yang sama yang menunjukkan bahwa
negara yang meningkat tingkat intelegensinya, meningkat juga kenaikan rata rata
tinggi , berat , usia harapan hidup dalam kesehatan . Tidaklah mustahil
sebagian besar untuk meningkatkan intelegensi adalah dengan tujuan untuk memperbaiki kesehatan dan
gizi .
2.
kenaikan tingkat
pendidikan telah menghasilkan peningkatan nilair tes intelegensi. Ini bisa
bekerja dalam dua cara efek tidak langsung melalui orang tua dari setiap
generasi dan efek langsung pada setiap generasi anak-anak. Sejak awal abad 20,
setiap generasi berturut-turut berpendidikan lebih baik dari orang tua. Di
Amerika Serikat, ada 10 kali lipat peningkatan jumlah orang tua yang
berpendidikan selama abad kedua puluh. Hal ini penting karena tingkat
pendidikan orangtua berkorelasi dengan nilai kecerdasan anak-anak mereka
(Flynn, 1998) yang menunjukkan bahwa orang tua yang berpendidikan yang
merangsang secara intelektual di dalam suasana rumah, yang meningkatkan nilai
tes kecerdasan anak-anak mereka. Pada saat yang sama, setiap generasi
berturut-turut anak-anak menerima pendidikan yang lebih tinggi daripada yang
terakhir.
3.
Anak-anak yang lahir di
akhir abad kedua dirangsang dan ditantang oleh lingkungan yang kompleksitas
yang belum diketahui di tahun 1930-an seperti adanya Televisi pendidikan,
komputer, belajar mainan, playgroup, dan inovasi lain mungkin telah
meningkatkan kecerdasan.
4.
Peningkatan hasil tes
intelegensi yang besar terjadi pada periode waktu di mana terjadi perubahan
besar dalam kehidupan yaitu yang seperti diketahui bahwa adanya perbedaan
terhadap warna kulit orang di amerika serikat. Tetapi semakin lama
menghilangnya diskriminasi tersebut sehingga dapat meningkatkan intelegensi
orang-orang amerika serikat.
H.
RACE-ETHNIC
DIFFERENCES IN INTELLIGENCE AND ACHIVEMENT
Data yang terkumpul sejak tahun 1930 menunjukkan bahwa
rata-rata intelegensi dan nilai pencapaian akademik dari orang yang
berketurunan Afrika-Amerika terdapat sekitar 15 poin lebih rendah daripada
orang Amerika yang berkulit putih. Sejak akhir pemisahan di Amerika, pengalaman
dalam bidang pendidikan dari orang keturunan Afrika-Amerika berubah secara
dramatis. Rata-rata tingkat pendidikan pada tahun 1973 sampai dengan 1990
meningkat diantara keluarga kulit putih sekitar 70% tapi pada keluarga
Afrika-Amerika meningkat sekitar 350%. Hal ini disebabkan jumlah sekolah
berkaitan dengan nilai hasil pengukuran dari kedua kemampuan intelektual dan
pencapaian akademis, kemamapuan kesenjangan dan hak Perolehan , dalam hal ini
kesempatan memperoleh pendidikan. Faktor lain yang mendukung adalah jumlah
penduduk antara orang Amerika dan keturunan Afrika-Amerika.
I.
THE BELL CURVE
Pada tahun 1994, psikolog Richard Herrnstein dan sosiolog
Charles Murray menerbitkan sebuah buku kontroversial
yang berjudul The Bell Curve. Mereka
membuat pernyataan mengenai perbedaan genetik antara kelompok ras etnis yang
memperoleh dukungan sedikit ilmiah, tapi mereka mengangkat beberapa pertanyaan
penting tentang peran kecerdasan dalam masyarakat yang layak perdebatan serius.
Herrnstein dan Murray meninjau banyak temuan dari studi kecerdasan dan
keberhasilan dan mendiskusikan mereka dalam implikasi kebijakan publik. Mereka
berpendapat bahwa masyarakat Amerika Utara bergerak ke arah
"meritokrasi", di mana kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
lanjutan dan jenis pekerjaan yang ditentukan semata-mata oleh kemampuan setiap
orang. Meskipun kemampuan individu ini jelas tidak satu-satunya faktor yang
menentukan kesuksesan hari ini, mungkin lebih penting daripada sebelumnya. Di
masa lalu, pekerjaan terbuka hanya untuk orang dari keluarga kaya. Meskipun hak
semacam itu bertahan sampai hari ini, undang-undang mengenai kesempatan yang
sama dalam pendidikan dan pekerjaan telah mengurangi pengaruh mereka.
Meskipun kehidupan di sebuah
meritokrasi bisa dikatakan lebih adil daripada dalam sistem sosial lainnya,
Herrnstein dan Murray berpendapat bahwa hal itu menimbulkan masalah-masalah
etis baru juga. Jika kita membuat sebuah masyarakat di mana lingkungan
kontribusi untuk kemampuan intelektual adalah sepenuhnya dipersamakan siapa
(setiap orang memiliki gizi yang memadai, lingkungan intelektual yang
menguntungkan, akses ke pendidikan yang sama, dan seterusnya), mereka percaya
bahwa pengaruh genetika pada kecerdasan akan meningkat. Itu mengapa jika semua
orang di lingkungan pada dasarnya sama, keturunan akan menjadi satu-satunya
penyebab perbedaan dalam kecerdasan antara orang-orang. Karena kecerdasan dalam
berbagai bentuk (fluid, crystallized, dan tacit) memainkan peran penting dalam
menentukan keberhasilan kerja, Herrnstein dan Murray percaya bahwa gen yang
mempengaruhi kecerdasan akan memainkan peran yang semakin penting dalam
menentukan setiap orang tingkat keberhasilan kerja. dengan demikian, jika
masyarakat kita menghilangkan semua hambatan atas kesempatan untuk sukses yang
sama, Herrnstein dan Murray percaya bahwa aspek-aspek kerja sukses yang
dikaitkan dengan kecerdasan akan ditentukan oleh gen kita dari saat konsepsi.
Ini akan menjadi tidak adil sebagai aristokrasi yang menententukan bahwa hanya
orang-orang atau keluarga kerajaan yang dididik atau yang memiliki properti.
Dapat juga dikatakan bahwa perbedaan dalam
kecerdasan adalah hanya salah satu faktor yang membuat ketidaksetaraan dalam
keberhasilan pekerjaan dan pendapatan di Amerika Utara. Perbedaan antara
orang-orang yang tingkat kecerdasannya di atas 10% dari pendapatan, orang-orang
tersebut menghasilkan pendapatan rata-rata empat kali lebih besar daripada yang
akan diharapkan atas dasar perbedaan dalam nilai kecerdasan (Ceci &
Williams, 1997). Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan besar
dalam pendapatan di Amerika Utara hari ini. Jika kesetaraan adalah tujuan Anda,
Anda akan harus melihat lebih dari kecerdasan untuk solusi.
J.
EXTREMES
IN INTELLIGENCE
Pengujian Intelegensi menyediakan
salah satu kriteria utama untuk mendiagnosis keterbelakangan mental. Untuk
dianggap terbelakang mental, seseorang harus memiliki IQ rendah yang
menyebabkan defisit serius dalam keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
sehari-hari. Garis demarkasi biasa adalah IQ 70 atau di bawah , yang
menghasilkan sekitar 2 % dari populasi Amerika yang didiagnosis sebagai
terbelakang . Selain IQ , kemampuan individu dalam aktivitas perawatan diri dan
berhubungan dengan orang lain dianggap dalam membuat diagnosis . Derajat
retardasi rentang retardasi dari ringan sampai mendalam : Individu dengan IQ
50-70 dikatakan agak terbelakang, 35-49 , cukup terbelakang , 20-34, sangat
terbelakang , dan di bawah 20, sangat terbelakang.
Retardasi dapat hasil dari berbagai
kondisi. Kelainan genetik , trauma kelahiran , infeksi material, penggunaan
alkohol ibu dan sensorik atau ibu perampasan awal dalam hidup hanya beberapa
kemungkinan penyebab keterbelakangan. Sejak 1960-an upaya pendidikan bagi
mereka yang memiliki keterbelakangan mental telah meningkat pesat . Karena
sekitar 90% dari orang-orang yang mengalami retardasi jatuh dalam kisaran
ringan, sebagian besar orang dengan keterbelakangan dapat menjalani kehidupan
yang memuaskan dan produktif (Tyler, 1965). Orang-orang yang memiliki keterbelakangan mental
telah memainkan peran yang ditampilkan dalam acara televisi populer, yang telah
mendidik masyarakat umum dengan menyoroti kemampuan mereka daripada cacat.
Di sisi lain dari skala, sistem sekolah umum
di seluruh negara bagian Amerika menyediakan program pendidikan khusus untuk
" berbakat " anak-anak ( Winner, 2000). "Gifted" biasanya
didefinisikan baik dari segi nilai IQ tinggi dan tingkat kreativitas yang
tinggi, program ini didanai pada dua alasan : (1) bahwa bangsa perlu memperkaya
pendidikan pemimpin terang nya masa depan dan (2) bahwa anak-anak begitu terang
bahwa mereka kadang-kadang membutuhkan bantuan untuk menghindari mengembangkan
masalah - psikologis yang tidak diterima secara universal. Apakah benar bahwa
menjadi sangat cerdas adalah cacat, atau merupakan suatu keuntungan, seperti
yang telah kita sampai sekarang diasumsikan?.
Rata-rata, mereka membuat nilai yang lebih baik di sekolah, dianggap lebih jujur dan dapat dipercaya, dan lebih tinggi dan lebih kuat dari rekan-rekan mereka dari rata-rata IQ. Secara fisik, Crimping berbakat unggul rekan-rekan mereka, karena mereka adalah orang dewasa sangat sehat dan tingkat kematian mereka adalah sepertiga kurang dari rata-rata nasional karena lebih banyak orang cerdas tidak merokok dan merawat lebih baik dari diri mereka. Hasil ini jelas menunjukkan bahwa kecerdasan yang tinggi adalah anak-anak telah sama menemukan bahwa mereka cenderung berpikiran terbuka, progresif dan sangat sukses di berbagai bidang kehidupan.
Rata-rata, mereka membuat nilai yang lebih baik di sekolah, dianggap lebih jujur dan dapat dipercaya, dan lebih tinggi dan lebih kuat dari rekan-rekan mereka dari rata-rata IQ. Secara fisik, Crimping berbakat unggul rekan-rekan mereka, karena mereka adalah orang dewasa sangat sehat dan tingkat kematian mereka adalah sepertiga kurang dari rata-rata nasional karena lebih banyak orang cerdas tidak merokok dan merawat lebih baik dari diri mereka. Hasil ini jelas menunjukkan bahwa kecerdasan yang tinggi adalah anak-anak telah sama menemukan bahwa mereka cenderung berpikiran terbuka, progresif dan sangat sukses di berbagai bidang kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Lahey,
B.B. 2005. Psychology and Introduction 9th.
New York : McGrew-Hill
No comments:
Post a Comment